Selasa, 06 Januari 2015

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA


   SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

 














ALBERTUS DONA WIDODO
(1414035003)
Prodi: ETNOMUSIKOLOGI




FALKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2015
Sejarah kebudayaan Indonesia

 Definisi kebudayaan menurut Robert H. Lowie : kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma atistik, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreativitasnya sendiri melainkan dari warisan masa lampau yang dapat melalui pendidikan formal dan informal.

Cirri-ciri kebudayaan:

1 memiliki sifat kedaerahan
2 memiliki adat itsiadat yang khas
3 asli dan tradisional
4 di anut penduduk daerah tersebut  
5 mempunyai bahasa daerah dan seni daerah
6 adanya unsure kepercayaan
7 adanya peninggalan sejarah
         
Sejarah kebudayaan adalah

Penglaman oleh pikiran manusia yang terbentuk berdasarkan peristiwa yang di ambil hikmahnya dalam ruang lingkup perjalanan serta di jadikan sbagai patokan dalam merefleksikan suatukenangan.

7 unsur kebudayaan menurut koetjaraningrat

         
          1 sistem religi
-          Sistem kepercayaan
-          Sistem nilai dan pandangan hidup
-          Komunikasi keagamaan
-          Upacara keagamaan

2 sistem kemasyarakatan

-          Kekerabatan
-          Asosiasi
-          Sistem kenegaraan
-          Kesatuan hidup



3 sistem pengetahuan

-          Flora dan fauna
-          Waktu ruang dan bilangan
-          Tubuh manusia dan perilaku manusia

4 bahasa
-          Lisan
-          Tulisan

5 kesenian

-          Seni patung
-          Relief
-          Lukisan
-          Rias
-          Vocal
-          Music
-          Bangunan
-          Kesusastraan
-          Drama (gerak dan tari)

6 sistem matapencarian hidup atau sistem ekonomi

-          Berburu dan mengumpulkan tanaman
-          Bercocok tanam
-          Peternakan
-          Perniagaan

7 sistem peralatan hidup atau teknologi

-          Produksi, distribusi dan transportasi
-          Oeralatan komunikasi
-          Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
Contoh : guci-guci dari cina , dari daun pisang
-          Pakaian dan perhiasan
-          Tempat perlindungan dan perumahan
-          Senjata




1.      Religi : keprcayaan manusia terhadap adanya sang maha pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan maha kuasa

2.    Sistem organisasi : sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun di ciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, namun tetapi memiliki kelemahan dan saling antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi dan bersatu

3        Sistem pengetahuan : terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga perlu di sampekan agar yang lain mengerti




DIFUSI          Penyebaran Kebudayaan

Teori-teori difusi Kebudayaan

Elementargedanken yang mencetuskannya adalah Adolf Bastian yaitu cara berfikir  mengenai efolusi Kebudayaan.

Jadi pengertian difusi : proses difusi adalah proses proses penyebaran unsur-unsur Kebudayaan di seluruh dunia tidak hanya diliat dari sudut bergeraknya unsur-unsur Kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, tetapi sebagai proses di mana unsur Kebudayaan di bawa oleh indifidu dari satu Kebudayaan dan ahrus di terima oleh individu-individu dari Kebudayaan lain.


Unsur Budaya Daerah:
-          Yang mudah di serap
-          Di gemari dan dapat di terima


AKULTURASI: suatu perubahan besar dari suatu Kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari Kebudayaan asing.
Akulturasi adalah proses social yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan Kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur Kebudayaan asing yang lambat laun di terima dan di olah ke dalam Kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnnya kepribadian Kebudayaan itu sendiri.

Bersatunya berberapa Kebudayaan yang lambat laun menjadi satu tanpa  menghilangkan Kebudayaan yang lama

Asimilasi: merupakan proses perubahan Kebudayaan akibat membaurnya 2 kebudayaan atau lebih sehingga ciri –ciri Kebudayaan yang asli /  lama tidak Nampak lagi.

Inovasi: merupakan proses social budaya yang menerima unsur-unsur Kebudayaan baru dan mengelompokan cara-cara lama yang tidak melembaga.



Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha

Kebudayaan Hindu

·         Perdagangan Hindia ke Indonesia, menyebarkanm agama Hindu juga.
·         Orang-orang India yang kalah perang lalu ke Indonesia dan menyebarkan agama
·         Orang-orang Indonesia yang berdagang ke india dan kembali ke Indonesia dengan Kebudayaan Hindu


Kerajaan Hindu tertua         Kutai.
  Pengaruh Hindu  masuk ke Indonesia

1.    Agama (Animisme, dinamisme berubah ke Hindu
2.    Politik  ( Adanya struktur pemerintah / kerajaan karena Zaman dulu mengenal kepada suku)
3.    Pendidikan (Karena dari beberapa prasasti, kemudian masa aksara contoh Sansekerta)
4.    Bidang sastra dan Bahasa
Di zaman Hindu Budha, beberapa  karya sastra di tulis oleh para Empu, kita mengenal Bahasa sastraketra dengan huruf Pallawa, contoh karya sastra di Zaman

-          Arjuna Wiwamah  karya Mpu kanwa  (Ker, Arjalangga)
-          Baratayuda karya Mpu sedah dan Mpu panulu (singosari Kediri)
-          Gatoto kocoraya karya Mpu panulu
-          Negara kertagama karya Mpu prapanca









Awal masuknya kerajaan Hindu Budha
Perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha
Adanya:

1.      Akulturasi
2.      Seni bangun. Contoh ( Candi Borobudur
3.      Seni sastra  dan aksara
4.      Sistem kalender
Kalender india         Tahun saka, pengaruh makan nasi itu dari india


Kerajaan Kutai (abad ke-4)

        Kerajaan Hindu pertama di  muara Kaman, di hulu sungai Mahakam “kutai-kutai di beri dari nama tempat bukan suku, karena telah ditemukan dalam prasasti Yupa. Ada 7 Yupa (tugu batu) Raja-raja kutai:

1)          Maharajo kudungga (gelar : Anumerto dewandarma
2)          Aswowarman
3)          Mulawarman
4)          Marawijayawarman
5)          Gajayanawarman
6)          Tunggawarman
7)          Jayanagawarman
8)          Nalasingawarman
9)          Nalaparanatungga
10)      Gadinggawarmadewa
11)      Indrawarmandewa
12)      Sanggawarmandewa
13)      Candrawarman
14)      Srilangkladewa
15)      Gunaparanadewa
16)      Wijayawarman
17)      Sriajidewa
18)      Muliaputra
19)      Nalapandita
20)      Maharaja indraparutadewa
21)      Darmasatya





SEJARAH KEBUDAYAAN JAWA
Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari Bahasa sansekerta  yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam Bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk Sistem agama dan Politik adat istiadat, Bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

1.      ASAL-USUL BUDAYA JAWA

“Dalam catatan Yunani, yang ditulis Claucius Ptolomeus (tahun 165 M) istilah “labadiou” (jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang mana kurang lebih artinya adalah sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara yang kaya akan beras . Njowo digunakan sebagai sebuah ungkapan untuk mendefinisikan tingkah laku seseorang, atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti; paham; beretika sesuai dengan (budaya) Jawa .

     2.   BAHASA

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat. Bahasa jawa memiliki tingkatan-tingkatan dalam penggunaanya. Tingkatan-tingkatan tersebut menyebabkan tidak semua dari mereka dapat menguasai dengan baik. Terdapat tiga bentuk utama tingkatan variasi bahasa Jawa, yaitu ngoko (“kasar”), madya (“biasa”), dan krama (“halus”).
pada tingkat yang lebih spesifik lagi, terdapat 7 (tujuh) tingkatan dalam berbahasa Jawa, diantaranya: ngoko, ngoko andhap, madhya, madhyantara, kromo, kromo inggil, bagongan, kedhaton. Selain undhak-undhuk atau tingkatan bahasa, dikenal juga dialek yang berbeda-beda diantara orang-orang Jawa itu sendiri. Dalam hal ini, perbedaan dialek, dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kelompok barat, tengah dan timur. Kelompok barat terdiri dari dialek Banten, Cirebon, Tegal, Banyumas, dan Bumiayu. Kelompok tengah terdiri dari Pekalongan, kedu, bagelen, Semarang, Pantai Utara Timur (Jepara,Demak, Rembang, Kudus, Pati), Blora, Surakarta, Yogyakarta, Madiun. Sedangkan, Kelompok dialek timur terdiri dari Pantura Timur (Tuban, dan Bojonegoro), Surabaya, Malang, Jombang, Tengger, Banyuwangi.

3. AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu kejawen. Kejawen berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang menganut agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atau Katolik Dahulu orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di Indonesia. Orang Jawa termasuk unik karena menjadi satu satunya suku di Indonesia yang berperan penting dalam menyebarkan 5 agama besar


     4. PROFESI

Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.

5. SENI TRADISIONAL JAWA

Seni Tradisional Jawa adalah karya seni yang diciptakan dan berasal dari Pulau Jawa, Indonesia. Beberapa contoh dari seni tradisional jawa antara lain seni tari, seni musik dan seni teater.

a. Seni Tari

Seni tari adalah ungkaapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak tubuh yang ritmis, indah, mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Berikut adalah beberapa macam seni tari dari Jawa :
Tari Bedhaya dari Jawa Tengah         
Tari Angguk dari Yogyakarta
Tari Bambangan Cakil dari Jawa Tengah
Tari Ebeg dari Banyumas
Tari Emprak dari Jawa Tengah
Tari Gandrung dari Banyuwangi
Tari Golek Menak dari Yogyakarta
Tari Kridhajati dari Jepara
Tari Kuda Lumping dari Jawa Tengah
Tari Reog dari Jawa Timur
Tari Remo dari Jawa Timur
Tari Sintren dari Jawa Tengah

b.  Seni Musik

kesenian musik di daerah Jawa yang paling terkenal adalah alat musiknya. Dalam penyajiannya, music jawa menggunakan macam-macam alat musik yang dinamakan “Gamelan”. Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa. Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut:
·         Kendang
·         Bonang
·         Bonang Penerus
·         Demung
·         Saron
·         Peking (Gamelan)
·         Kenong & Kethuk
·         Slenthem
·         Gender
·         Gong
·         Gambang
·         Rebab
·         Siter
·         Suling
·         Kempul
Selain itu, dalam seni musik Jawa ada juga yang dinamakan dengan Langgam Jawa. Langgam Jawa merupakan bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam idiom musik tradisional Jawa, khususnya gamelan. Genre ini masih dapat digolongkan sebagai keroncong. Tokoh-tokoh musik ini di antaranya Andjar Any, Gesang, dan Ki Narto Sabdo. Penyanyi yang dapat disebut legendaris dari genre musik ini adalah Waljinah.
Beberapa lagu langgam Jawa sangat popular dan dikenal hampir setiap orang di wilayah berbahasa Jawa, seperti :
Gambang Suling (ciptaan Ki Narto Sabdo)
Yen Ing Tawang (ciptaan Andjar Any)
Caping Gunung (ciptaan Gesang, 1973)
Jenang Gula (ciptaan Andjar Any)
Jangkrik Genggong (ciptaan Andjar Any)
Pamitan (ciptaan Gesang)
Aja Lamis (ciptaan Gesang).
Saat ini langgam Jawa mengalami kebangkitan kembali dalam bentuk Campursari.

c. Seni Teater

Teater Tradisional - Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Berikut adadlah contoh seni teater Jawa :

Ketoprak 

Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak
Pada mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan purnama, yang disebut   gejogan. Dalam perkembangannya menjadi suatu bentuk teater rakyat yang lengkap. Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggah-ungguh  bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu: 
Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) 
Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi) 
Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi) 
Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.

Ludruk 

Ludruk merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur, berasal dari daerah Jombang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek  Jawa Timuran. Dalam perkembangannya ludruk menyebar ke daerah-daerah sebelah barat seperti karesidenan Madiun, Kediri, dan sampai ke Jawa Tengah. Ciri-ciri bahasa dialek Jawa Timuran tetap terbawa meskipun semakin ke barat makin luntur menjadi bahasa Jawa setempat.  Peralatan musik daerah yang digunakan, ialah kendang, cimplung, jidor dan gambang dan sering ditambah tergantung pada kemampuan grup yang memainkan ludruk tersebut. Dan lagu-lagu (gending) yang digunakan, yaitu  Parianyar, Beskalan, Kaloagan, Jula-juli, Samirah, Junian. 
Pemain ludruk semuanya adalah pria. Untuk peran wanitapun dimainkan oleh pria. Hal ini merupakan ciri khusus ludruk. Padahal sebenarnya hampir seluruh teater rakyat di berbagai tempat, pemainnya selalu pria (randai, dulmuluk, mamanda, ketoprak), karena pada zaman itu wanita tidak diperkenankan muncul di depan umum. 

Wayang Wong (wayang orang)

Di Jawa tengah, Wayang Wong sudah ada sejak abad ke -12. Akan tetapi, wayang wong yang ada sekarang ini merupakan ciptaan dari hamengkubuwono 1 dari yogyakarta atau Mangkunegara 1 dari surakarta. Wayang wong panggung Surakarta yang terkenal dibuat atas perintah Pakubuwono X untuk dipentaskan setiap malam di taman hiburan Sriwedari.


SEJARAH KEBUDAYAAN KALIMANTAN
Dayak atau Daya adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan yang meliputi Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan . Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
  Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan:
"Barito Raya (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar, dan Sama-Bajau),
"Dayak Darat" (13 bahasa)
"Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina.
"Sulawesi Selatan" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.

·     Sejarah Suku Dayak

Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Pada tahun 1977-1978 saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.


·     Sistem Religi

Religi asli suku Dayak tidak terlepas dari adat istiadat mereka. Bahkan dapat dikatakan adat menegaskan identitas religius mereka. Dalam praktik sehari-hari, orang dayak tidak pernah menyebut agama sebagai normativitas mereka, melainkan adat. Sistem religi ini bukanlah sistem hindu Kahuringan seperti yang dikenal oleh orang-orang pada umumnya.
Orang Dayak Kanayatn menyebut Tuhan dengan istilah Jubata. Jubata inilah yang dikatakan menurunkan adat kepada nenek moyang Dayak Kanayatn yang berlokasi di bukit bawakng . Dalam mengungkapkan kepercayaan kepada Jubata, mereka memiliki tempat ibadah yang disebut panyugu atau padagi.

·     Bahasa

Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa satolo-ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit. selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru.

·        Adat Istiadat Suku Dayak

Di bawah ini ada beberapa adat istiadat suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.

ü  Upacara

Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.


ü  Dunia Supranatural

Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.


·     Seni Tari Dayak


ü  Tari Gantar

Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkankayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padidan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

ü  Tari Kancet Papatai / Tari Perang

Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

ü  Tari Kancet Ledo / Tari Gong

Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian Tari Kancet Ledo tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.


ü  Tari Kancet Lasan

Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulubulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai.
 Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan  pohon. Posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulubulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

ü  Tari Leleng

Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.

ü  Tari Hudoq

Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

ü  Tari Hudoq Kita

Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

ü  Senjata Tradisional Suku Dayak

Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru. Berikut ini adalah senjata-senjata tradisional suku dayak


SEJARAH KEBUDAYAAN BUGIS
Suku Bugis atau to Ugi’ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun, dalam perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara. Ugi bukanlah sebuah kata yang memiliki makna. Tapi merupakan kependekan dari La Satumpugi, nama seorang raja yang pada masanya menguasai sebagian besar wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. La Satumpugi terkenal baik dan dekat dengan rakyatnya. Rakyatnya pun menyebut diri mereka To Ugi, yang berarti Orang Ugi atau Pengikut Ugi. Dalam perjalanannya, seiring gerakan ke-Indonesiaan, Ugi dibahasa-Indonesiakan menjadi Bugis dan diidentifikasikan menjadi salah satu suku resmi dalam lingkup negara Republik Indonesia.

ü Adat panen
Mulai dari turun ke sawah, membajak, sampai tiba waktunya panen raya. Ada upacara appalili sebelum pembajakan tanah. Ada Appatinro pare atau appabenni ase sebelum bibit padi disemaikan. Ritual ini juga biasa dilakukan saat menyimpan bibit padi di possi balla, sebuah tempat khusus terletak di pusat rumah yang ditujukan untuk menjaga agar tak satu binatang pun lewat di atasnya. Lalu ritual itu dirangkai dengan massureq, membaca meong palo karallae, salah satu epos Lagaligo tentang padi. Dan ketika panen tiba digelarlah katto bokko, ritual panen raya yang biasanya diiringi dengan kelong pare. Setelah melalui rangkaian ritual itu barulah dilaksanakan Mapadendang. Di Sidrap dan sekitarnya ritual ini dikenal dengan appadekko, yang berarti adengka ase lolo, kegiatan menumbuk padi muda. Appadekko dan Mappadendang konon memang berawal dari aktifitas ini.

ü  SISTEM RELIGI

Pada mulanya, agama Suku Bugis adalah animisme yang diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat di sini merupakan pengikut aliran kepercayaan sure galigo, yaitu sebuah kepercayaan pada dewa tunggal yang sering mereka sebut dengan Patoto E. Bahkan, sampai saat ini masih ada masyarakat Bugis yang mempercayai aliran ini. Namun animisme itu terkikis sejak ulama asal Sumatera bernama Datuk Di Tiro menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan. Islam kemudian menjadi agama utama Suku Bugis hingga kini. Islam masuk ke daerah Suku Bugis sekitar abad ke 17, melalui para pedagang Melayu. Ajaran Islam yang mudah diterima oleh masyarakat setempat membuat agama ini menjadi pilihan di antarakeberagaman agama lainnya. Mereka bisa menerima Islam dengan baik karena menurut mereka ajaran Islam tidak mengubah nilai-nail, kaidah kemasyarakatan dan budaya yang telah ada.

ü  SISTEM ORGANISASI KEMASYARAKATAN
 Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien atau sistem kelompok kesetia kawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang bersifat menyeluruh. Salah satu sistem hierarki yang sangat kaku dan rumit. Namun, mereka mempunyai mobilitas yang sangat tinggi, buktinya dimana kita berada tak sulit berjumpa dengan manusia Bugis. Mereka terkenal berkarakter keras dansangat menjunjung tinggi kehormatan, pekerja keras demi kehormatan nama keluarga.

ü  BAHASA DAN LITERATUR
Dalam kesehariannya hingga saat ini orang bugis masih menggunakan bahasa “Ugi” yang merupakan bahasa keluarga besar dari bahasa Austronesia Barat. Selain itu, orang Bugis juga memilikis aksara sendiri yakni aksara lontara yang berasal dari huruf Sansekerta. Bahkan uniknya, logat bahasa Bugis berbeda di setiap wilayahnya; ada yang kasar dan ada yang halus. Bahasa, yang dimiliki Suku Bugis menandakan satu hal: Suku Bugis pada masanya memiliki peradaban yang luar biasa hebatnya. Nenek moyang Suku Bugis adalah orang-orang pintar yang mampu menciptakan dan mewariskan ilmu pengetahuan.

ü  KESENIAN

ü  Alat musik
1. Kacapi (kecapi) Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya sukuBugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu.
2. Sinrili, Alat musik yang mernyerupai biola tetapi biola di mainkan dengan membaringkan di pundak sedangkan Singrili di mainkan dalam keedaanpemain duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.
3. Gendang Musik , perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang danbundarseperti rebana.
4. SulingSuling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telahpunah
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapidan dimainkan bersama penyanyi
• Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara didaerahKecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (barisberbaris) atau acara penjemputan tamu.

  • Seni Tari
• Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
• Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan
• Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran danketekunan perempuan-perempuan Bugis.
• Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai(waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telahpunah.
• Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa ,tari Pa’galung, dan Tari Pabbatte (biasanya di gelar padasaat Pesta Panen)

SEJARAH KEBUDAYAAN SUMATRA
Sumatera atau Sumatra adalah kepulauan di wilayah Indonesia yang dikenal mempunyai kebudayaan tinggi, salah satunya kebudayaan minangkabau dari Sumatra barat yang akan di bahas dalam makalah ini.kebudayaan itu dapat di lihat sendiri melalui tarian, bahasa, sastra, dan unsur etnik khas yang menempel pada suatu suku. Semoga makalah ini bisa menjadi suatu bahan bacaan yang berguna, walau terkesan jauh dari sempurna karena materi yang terdapat di dalamnya.

·         Kebudayaan Sumatra


Sumatera atau Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (Bahasa Sanskerta berarti "pulau emas") Kemudian pada Prasasti Padang Roco tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.


·         Kebudayaan Sumatra Barat
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Nama Provinsi Sumatera Barat bermula pada zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), dimana sebutan wilayah untuk kawasan pesisir barat Sumatera adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Seiring dengan kejatuhan Kerajaan Pagaruyung, dan keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, pemerintah Hindia Belanda mulai menjadikan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai bagian dari Pax Nederlandica, kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda, dan wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku Batak dan suku Mandailing. Kedatangan mereka ke Sumatera Barat terutama pada masa Perang Paderi. Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, juga dituturkan Bahasa Batak dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai banyak digunakan Bahasa Mentawai.Banyakny ksenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah ini yang menjadikan Indonesia memiliki kesenian dan kebudayaan yang bermaca-macam pula. Berikut beberapa kebudayaan dan kesenian yang ada di Sumatra Barat seperti

ü  Rumah Adat

Rumah Gadang merupakan Rumah adat yang berasal dari Sumatera Barat, berasal dari suku Minangkabau. Rumah adat ini biasanya didirikan diatas tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Bentuk Rumah Gadang ini empat persegi panjang dan terbagi atas dua bagian yaitu muka dan belakang, Rumah Gadang terbuat dari bahan kayu, dan kalu di lihat sekilas hampir menyerupai rumah panggung. Salah satu kekhasan dari rumah adat ini dalam proses pembuatannya adalah tidak memakai paku besi tapi hanya menggunakan pasak yang terbuat dari bahan kayu


ü  Pakaian Adat

Sumtra Barat memiliki pakaian adat dari daerah ini, Pakaian Tradisional Adat Sumatra Barat utuk wanita disebut dengan Baju Kurung  sedang untuk Pakaian Tradisional Adat Sumatra Barat pada pria disebut dengan Pakaian adat Penghulu.


ü  Senjata Tradisional

Senjata Tradisional dari daerah ini bernama karih, bentuknya seperti keris, biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat pria. Bentuknya seperti keris tapi tidak berlekuk


ü  Tari Tradisional

Padang memiliki berbagai macam tari tardisional seperti tari piring, tari payung dan masih banyak lagi. Tari piring  Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang


ü  Alat Musik Tradisional
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatra Barat jika dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dan terasa jelas dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat, karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Beberapa alat musk tradisional Padang

·         Saluang
Alat music ini termasuk alat musik tiup yang terbuat dari bambu tipis atau talang

·         Bansi

Alat music inin memiliki 7 lubang dan dapat memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar



·         Talempong
Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piringyang khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa

·         Rabab
Rabab merupakan kesenian di Minangkabau yang dimainkan dengan menggesek seperti  biola.



ü  Perayaan Adat

Masyarakat padang memiliki perayaan adat yang berbeda dengan perayaan adat daerah lainnya misalnya pada upacara pernikahan masyarakat Padang, sebelum pernikahan adalah upacara Meresek yang artinya pertemuan pertama antar keluarga dimana pihak wanita yang mendatangi pihak pria dan meminang pihak pria dengan membawa barang-barang pinangan yang sudah disiapkan




SEJARAH KEBUDAYAAN BALI

Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsi bali adalah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.
Seiring dengan peralihan jaman pra sejarah ke jaman sejarah, pengaruh Hindu dari India yang masuk ke Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di Bali. Masa peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad 8 hingga abad 13, dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh Majapahit yang berniat menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di awal abad 13. Tatanan pemerintahan dan struktur masyarakat mengalami penyesuaian mengikuti pola pemerintahan Majapahit.


·         Keragaman Budaya yang dimiliki oleh Bali


ü  Rumah Adat Bali

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
         Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.

ü  Sistem Kepercayaan mayarakat Bali 

Masyarakat Bali kebanyakan beragama Hindu, dan percaya adanya satu Tuhan dalam bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahmana (yang menciptakan), Wisnu (yang melindungi dan memelihara), dan Siwa (yang merusak). Selain itu juga percaya dengan para dewa yang memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Trimurti yaitu dewa Wahyu (dewa angin), dewa Indra (dewa perang). Agama Hindu juga mempercayai Roh abadi. Dan mempercayai semua ajaran-ajaran yang berada dikitab wedha.
Tempat untuk melakukan persembahyangan (ibadah) agama Hindu di Bali dinamakan Pura atau Sangeh. Tempat ibadah ini merupakan bangunan-bangunan suci yang sifat nya berbeda-beda setiap tempat persembahyangan. Karena banyak sekali hampir beribu-ribu pura atau sangeh yang masing-masing pura tersebut mempunyai upacara adat yang sesuai dengan perayaan leluhur mereka sesuai sistem tanggalan nya sendiri-sendiri.  


ü  Hukum adat Bali

Sebagian besar masyarakat bali adalah menganut Agama Hindu dan dalam kesehariannya diatur berdasarkan hukum adat Bali. Hukum adat Bali adalah hukum yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat hukum adat Bali yang berlandaskan pada ajaran agama (Agama Hindu) dan tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat hukum adat Bali itu sendiri. Oleh karenanya dalam masyarakat hukum adat Bali, antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan.


ü  Tradisi Upacara Adat potong gigi di Bali 

Tak dapat dipisahkannya antara adat dan agama di dalam masyarakat hukum adat Bali, disebabkan karena adat itu sendiri bersumber dari ajaran agama. Dalam ajaran agama Hindu sebagaimana yang dianut oleh masyarakat hukum adat Bali, pelaksanaan agama dapat dijalankan melalui etika, susila, dan upacara. Ketiga hal inilah digunakan sebagai norma yang mengatur kehidupan bersama di dalam masyarakat. Etika, susila, dan upacara yang dicerminkan dalam kehidupannya sehari-hari mencerminkan rasa kepatutan dan keseimbangan (harmoni) dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya azas hukum yang melingkupi hukum adat Bali adalah kepatutan dan keseimbangan. Sebagai misal, setiap perempuan pada prinsipnya boleh hamil, namun perempuan yang patut hamil hanyalah perempuan yang memiliki suami. Demikian pula selanjutnya dengan perbuatan-perbuatan yang lainnya.



ü  Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilaksanakan oleh umat beragama Hindu di Bali. Upacara Ngaben diadakan jika ada orang yang meninggal dan biasanya diselenggarakan oleh anggota keluarga yang meninggal. Makna dari upacara Ngaben adalah untuk mengembalikan roh leluhur (roh orang yang sudah meninggal tersebut) ke tempat asalnya.


ü  Hari Raya Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
              Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.



ü  Kesenian Musik Khas Bali

Musik trasional Bali memang mempunyai ciri khas tersendiri dalam cara memainkannya. Irama musik bali mengingatkan kita pada suatu semangat keceriaan, karena irama yang dimainkan mengadung kecepatan yang saling berkesinambungan. Komponen-komponen musik saling menyatu melahirkan suara gemuruh hingga yang mendengarkan tanpa terasa badan terasa seolah-olah mau bergerak. Kekuatan Musik bali ada pada kecepatan pukulan gamalan yang bersaut-sautan dalam tempo cepat. Ada beberapa jenis musik yang mempunyai keunikan tersendiri dalam memainkannya diantaranya, Gemelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan Selunding. Selain musik gamelan dengan menonjolan instrumentalnya, juga terkadang disatukan dengan  irama suara manusia yang saling bersaut-sautan seperti tari kecak, dimana tarian ini konon menirukan gaya seekor kera.