ADW.com
Selamat datang di Blogger yg sangat gak jelas, tapi bermakna bagi pembacanya... Silakan di komentar yang sangat pedas, dan share sebaik mungkin...!!!!!!
Jumat, 24 Juni 2016
Selasa, 06 Januari 2015
SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA
SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA
ALBERTUS DONA WIDODO
(1414035003)
Prodi: ETNOMUSIKOLOGI
FALKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
2015
Sejarah kebudayaan Indonesia
Definisi
kebudayaan menurut Robert H. Lowie : kebudayaan adalah segala sesuatu yang di
peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat,
norma-norma atistik, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari
kreativitasnya sendiri melainkan dari warisan masa lampau yang dapat melalui
pendidikan formal dan informal.
Cirri-ciri kebudayaan:
1 memiliki sifat kedaerahan
2 memiliki adat itsiadat yang khas
3 asli dan tradisional
4 di anut penduduk daerah tersebut
5 mempunyai bahasa daerah dan seni daerah
6 adanya unsure kepercayaan
7 adanya peninggalan sejarah
Sejarah kebudayaan adalah
Penglaman oleh pikiran manusia yang terbentuk
berdasarkan peristiwa yang di ambil hikmahnya dalam ruang lingkup perjalanan
serta di jadikan sbagai patokan dalam merefleksikan suatukenangan.
7 unsur kebudayaan menurut koetjaraningrat
1
sistem religi
-
Sistem
kepercayaan
-
Sistem
nilai dan pandangan hidup
-
Komunikasi
keagamaan
-
Upacara
keagamaan
2 sistem kemasyarakatan
-
Kekerabatan
-
Asosiasi
-
Sistem
kenegaraan
-
Kesatuan
hidup
3 sistem pengetahuan
-
Flora
dan fauna
-
Waktu
ruang dan bilangan
-
Tubuh
manusia dan perilaku manusia
4 bahasa
-
Lisan
-
Tulisan
5 kesenian
-
Seni
patung
-
Relief
-
Lukisan
-
Rias
-
Vocal
-
Music
-
Bangunan
-
Kesusastraan
-
Drama
(gerak dan tari)
6 sistem matapencarian hidup atau sistem
ekonomi
-
Berburu
dan mengumpulkan tanaman
-
Bercocok
tanam
-
Peternakan
-
Perniagaan
7 sistem peralatan hidup atau teknologi
-
Produksi,
distribusi dan transportasi
-
Oeralatan
komunikasi
-
Peralatan
konsumsi dalam bentuk wadah
Contoh : guci-guci dari cina , dari daun
pisang
-
Pakaian
dan perhiasan
-
Tempat
perlindungan dan perumahan
-
Senjata
1.
Religi
: keprcayaan manusia terhadap adanya sang maha pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan maha kuasa
2.
Sistem organisasi : sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa
meskipun di ciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, namun tetapi
memiliki kelemahan dan saling antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi
dan bersatu
3
Sistem
pengetahuan : terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang
berbeda sehingga perlu di sampekan agar yang lain mengerti
DIFUSI Penyebaran Kebudayaan
Teori-teori
difusi Kebudayaan
Elementargedanken
yang mencetuskannya adalah Adolf Bastian yaitu cara berfikir mengenai efolusi Kebudayaan.
Jadi pengertian
difusi : proses difusi adalah proses proses penyebaran unsur-unsur Kebudayaan
di seluruh dunia tidak hanya diliat dari sudut bergeraknya unsur-unsur
Kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, tetapi sebagai proses di mana unsur
Kebudayaan di bawa oleh indifidu dari satu Kebudayaan dan ahrus di terima oleh
individu-individu dari Kebudayaan lain.
Unsur Budaya
Daerah:
-
Yang
mudah di serap
-
Di
gemari dan dapat di terima
AKULTURASI: suatu perubahan besar dari suatu
Kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari Kebudayaan asing.
Akulturasi adalah proses social yang timbul
bila suatu kelompok manusia dengan Kebudayaan tertentu di hadapkan dengan
unsur-unsur Kebudayaan asing yang lambat laun di terima dan di olah ke dalam
Kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnnya kepribadian Kebudayaan itu
sendiri.
Bersatunya berberapa Kebudayaan yang lambat laun menjadi satu tanpa menghilangkan Kebudayaan yang lama
Asimilasi: merupakan proses perubahan Kebudayaan akibat membaurnya 2
kebudayaan atau lebih sehingga ciri –ciri Kebudayaan yang asli / lama tidak Nampak lagi.
Inovasi: merupakan proses social budaya yang menerima unsur-unsur Kebudayaan
baru dan mengelompokan cara-cara lama yang tidak melembaga.
Pengaruh
Kebudayaan Hindu dan Budha
Kebudayaan Hindu
·
Perdagangan
Hindia ke Indonesia, menyebarkanm agama Hindu juga.
·
Orang-orang
India yang kalah perang lalu ke Indonesia dan menyebarkan agama
·
Orang-orang
Indonesia yang berdagang ke india dan kembali ke Indonesia dengan Kebudayaan
Hindu
Kerajaan Hindu tertua
Kutai.
Pengaruh Hindu masuk ke Indonesia
1.
Agama
(Animisme, dinamisme berubah ke Hindu
2.
Politik ( Adanya struktur pemerintah / kerajaan
karena Zaman dulu mengenal kepada suku)
3.
Pendidikan
(Karena dari beberapa prasasti, kemudian masa aksara contoh Sansekerta)
4.
Bidang
sastra dan Bahasa
Di zaman Hindu Budha, beberapa karya sastra di tulis oleh para Empu, kita
mengenal Bahasa sastraketra dengan huruf Pallawa, contoh karya sastra di Zaman
-
Arjuna
Wiwamah karya Mpu kanwa (Ker, Arjalangga)
-
Baratayuda
karya Mpu sedah dan Mpu panulu (singosari Kediri)
-
Gatoto
kocoraya karya Mpu panulu
-
Negara
kertagama karya Mpu prapanca
Awal masuknya kerajaan Hindu Budha
Perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha
Adanya:
1.
Akulturasi
2.
Seni
bangun. Contoh ( Candi Borobudur
3.
Seni
sastra dan aksara
4.
Sistem
kalender
Kalender india Tahun saka,
pengaruh makan nasi itu dari india
Kerajaan Kutai (abad ke-4)
Kerajaan Hindu pertama
di muara Kaman, di hulu sungai Mahakam
“kutai-kutai di beri dari nama tempat bukan suku, karena telah ditemukan dalam
prasasti Yupa. Ada 7 Yupa (tugu batu) Raja-raja kutai:
1)
Maharajo
kudungga (gelar : Anumerto dewandarma
2)
Aswowarman
3)
Mulawarman
4)
Marawijayawarman
5)
Gajayanawarman
6)
Tunggawarman
7)
Jayanagawarman
8)
Nalasingawarman
9)
Nalaparanatungga
10)
Gadinggawarmadewa
11)
Indrawarmandewa
12)
Sanggawarmandewa
13)
Candrawarman
14)
Srilangkladewa
15)
Gunaparanadewa
16)
Wijayawarman
17)
Sriajidewa
18)
Muliaputra
19)
Nalapandita
20)
Maharaja
indraparutadewa
21)
Darmasatya
SEJARAH
KEBUDAYAAN JAWA
Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari Bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam Bahasa inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya yang ada terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk Sistem
agama dan Politik adat istiadat, Bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis.
1.
ASAL-USUL BUDAYA JAWA
“Dalam catatan Yunani, yang ditulis Claucius
Ptolomeus (tahun 165 M) istilah “labadiou”
(jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang mana kurang lebih
artinya adalah sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara yang kaya akan beras
. Njowo digunakan sebagai sebuah
ungkapan untuk mendefinisikan tingkah laku seseorang, atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti; paham;
beretika sesuai dengan (budaya) Jawa .
2. BAHASA
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa
kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang
dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial
yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan
status sosialnya di masyarakat. Bahasa jawa memiliki tingkatan-tingkatan dalam
penggunaanya. Tingkatan-tingkatan tersebut menyebabkan tidak semua dari mereka
dapat menguasai dengan baik. Terdapat tiga bentuk utama tingkatan variasi
bahasa Jawa, yaitu ngoko (“kasar”), madya (“biasa”), dan krama (“halus”).
pada tingkat yang lebih spesifik lagi,
terdapat 7 (tujuh) tingkatan dalam berbahasa Jawa, diantaranya: ngoko, ngoko andhap, madhya, madhyantara, kromo, kromo inggil, bagongan, kedhaton. Selain undhak-undhuk
atau tingkatan bahasa, dikenal juga dialek yang berbeda-beda diantara
orang-orang Jawa itu sendiri. Dalam hal ini, perbedaan dialek, dibagi menjadi 3
daerah, yaitu kelompok barat, tengah dan timur. Kelompok barat terdiri dari
dialek Banten, Cirebon, Tegal, Banyumas, dan Bumiayu. Kelompok tengah terdiri dari
Pekalongan, kedu, bagelen, Semarang, Pantai Utara Timur (Jepara,Demak, Rembang,
Kudus, Pati), Blora, Surakarta, Yogyakarta, Madiun. Sedangkan, Kelompok dialek
timur terdiri dari Pantura Timur (Tuban, dan Bojonegoro), Surabaya, Malang,
Jombang, Tengger, Banyuwangi.
3. AGAMA DAN KEPERCAYAAN
Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu kejawen. Kejawen berisikan tentang seni,
budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga
memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas
orang Jawa sekarang menganut agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut
agama Kristen atau Katolik Dahulu orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut
menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa
yang berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau
Katolik di Indonesia. Orang Jawa termasuk unik karena menjadi satu satunya suku
di Indonesia yang berperan penting dalam menyebarkan 5 agama besar
4. PROFESI
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai
petani, namun di perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN,
anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian
dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model.
Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan
pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar
negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi,
Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.
5. SENI TRADISIONAL JAWA
Seni Tradisional Jawa adalah karya seni yang
diciptakan dan berasal dari Pulau Jawa, Indonesia. Beberapa contoh dari seni
tradisional jawa antara lain seni tari, seni musik dan seni teater.
a. Seni Tari
Seni tari
adalah ungkaapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak tubuh yang
ritmis, indah, mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Berikut adalah beberapa macam seni tari
dari Jawa :
Tari Bedhaya dari Jawa Tengah
Tari Angguk dari Yogyakarta
Tari Bambangan Cakil dari Jawa Tengah
Tari Ebeg dari Banyumas
Tari Emprak dari Jawa Tengah
Tari Gandrung dari Banyuwangi
Tari Golek Menak dari Yogyakarta
Tari Kridhajati dari Jepara
Tari Kuda Lumping dari Jawa Tengah
Tari Reog dari Jawa Timur
Tari Remo dari Jawa Timur
Tari Sintren dari Jawa Tengah
b.
Seni Musik
kesenian musik di daerah Jawa yang paling
terkenal adalah alat musiknya. Dalam penyajiannya, music jawa menggunakan
macam-macam alat musik yang dinamakan “Gamelan”. Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang
biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta
pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa
lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup,
sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa.
Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut:
Selain itu, dalam seni
musik Jawa ada juga yang dinamakan dengan Langgam Jawa. Langgam Jawa
merupakan bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam idiom musik tradisional
Jawa, khususnya gamelan. Genre ini masih dapat digolongkan sebagai keroncong.
Tokoh-tokoh musik ini di antaranya Andjar Any, Gesang, dan Ki Narto Sabdo.
Penyanyi yang dapat disebut legendaris dari genre musik ini adalah Waljinah.
Beberapa lagu langgam Jawa sangat popular dan
dikenal hampir setiap orang di wilayah berbahasa Jawa, seperti :
Gambang Suling (ciptaan Ki Narto Sabdo)
Yen Ing Tawang (ciptaan Andjar Any)
Caping Gunung (ciptaan Gesang, 1973)
Jenang Gula (ciptaan Andjar Any)
Jangkrik Genggong (ciptaan Andjar Any)
Pamitan (ciptaan Gesang)
Aja Lamis (ciptaan Gesang).
Saat ini langgam Jawa mengalami kebangkitan kembali dalam
bentuk Campursari.
c. Seni Teater
Teater Tradisional - Kasim Achmad dalam
bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah
teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman
itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur
teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater
tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara
adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Berikut adadlah contoh
seni teater Jawa :
Ketoprak
Ketoprak
merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan
daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di
daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam
kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.
Pada
mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa yang sedang menghibur
diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan purnama, yang disebut gejogan. Dalam perkembangannya menjadi
suatu bentuk teater rakyat yang lengkap. Ketoprak merupakan salah satu bentuk
teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat
memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan
masalah unggah-ungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat
bahasa yang digunakan, yaitu:
Bahasa Jawa biasa
(sehari-hari)
Bahasa Jawa kromo (untuk
yang lebih tinggi)
Bahasa Jawa kromo inggil
(yaitu untuk tingkat yang tertinggi)
Menggunakan bahasa dalam
ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa,
tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak,
bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.
Ludruk
Ludruk
merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur,
berasal dari daerah Jombang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan
dialek Jawa Timuran. Dalam perkembangannya ludruk menyebar ke
daerah-daerah sebelah barat seperti karesidenan Madiun, Kediri, dan sampai ke
Jawa Tengah. Ciri-ciri bahasa dialek Jawa Timuran tetap terbawa meskipun
semakin ke barat makin luntur menjadi bahasa Jawa setempat. Peralatan
musik daerah yang digunakan, ialah kendang, cimplung, jidor dan gambang dan sering
ditambah tergantung pada kemampuan grup yang memainkan ludruk tersebut. Dan
lagu-lagu (gending) yang digunakan, yaitu Parianyar, Beskalan, Kaloagan,
Jula-juli, Samirah, Junian.
Pemain ludruk semuanya
adalah pria. Untuk peran wanitapun dimainkan oleh pria. Hal ini merupakan ciri
khusus ludruk. Padahal sebenarnya hampir seluruh teater rakyat di berbagai
tempat, pemainnya selalu pria (randai, dulmuluk, mamanda, ketoprak), karena
pada zaman itu wanita tidak diperkenankan muncul di depan umum.
Wayang
Wong (wayang orang)
Di
Jawa tengah, Wayang Wong sudah ada sejak abad ke -12. Akan tetapi, wayang wong
yang ada sekarang ini merupakan ciptaan dari hamengkubuwono 1 dari yogyakarta
atau Mangkunegara 1 dari surakarta. Wayang wong panggung Surakarta yang
terkenal dibuat atas perintah Pakubuwono X untuk dipentaskan setiap malam di
taman hiburan Sriwedari.
SEJARAH
KEBUDAYAAN KALIMANTAN
Dayak atau Daya adalah nama yang oleh
penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami
Pulau Kalimantan yang meliputi Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan
Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan . Budaya masyarakat Dayak adalah
Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai
arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai,
terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak
dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun
Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot
Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5
kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki
kerabat di luar pulau Kalimantan:
"Barito Raya (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari
kelompok bahasa Madagaskar, dan Sama-Bajau),
"Dayak
Darat" (13 bahasa)
"Borneo
Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina.
"Sulawesi
Selatan" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak
Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.
· Sejarah Suku Dayak
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang
tinggal di pedalaman, gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya
diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak
sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak
negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti
seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau
pantang mundur.
Pada tahun 1977-1978 saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang
merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid
dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi
pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak
merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu
dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke
dalam.
·
Sistem Religi
Religi asli suku Dayak tidak terlepas dari adat istiadat mereka. Bahkan
dapat dikatakan adat menegaskan identitas religius mereka. Dalam praktik
sehari-hari, orang dayak tidak pernah menyebut agama sebagai normativitas
mereka, melainkan adat. Sistem religi ini bukanlah sistem hindu Kahuringan
seperti yang dikenal oleh orang-orang pada umumnya.
Orang Dayak
Kanayatn menyebut Tuhan dengan istilah Jubata. Jubata inilah yang dikatakan
menurunkan adat kepada nenek moyang Dayak Kanayatn yang berlokasi di bukit
bawakng . Dalam mengungkapkan kepercayaan kepada Jubata, mereka memiliki tempat
ibadah yang disebut panyugu atau padagi.
· Bahasa
Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan yang
serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan
perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini
dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat
pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn yang mendiami
wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana' terbagi lagi ke dalam
bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan
Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa satolo-ngelampa', songga
batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit. selain itu percampuran dialek dan
logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru.
·
Adat Istiadat Suku Dayak
Di bawah ini ada beberapa adat istiadat suku
dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak
pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat
istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa
Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman
Kalimantan.
ü Upacara
Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara
yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke
Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang
memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
ü Dunia Supranatural
Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu
merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar
negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada
kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak
di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan
banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku
Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di
temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh
yang di cari pasti akan ditemukan.
· Seni Tari Dayak
ü Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat
menggambarkankayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya
menggambarkan benih padidan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering
disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya
dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq.
Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai
dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
ü Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang
melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan
kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari
mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan
perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu
Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
ü Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria
Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang
gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini
dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian Tari Kancet Ledo
tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian
bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong,
sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
ü Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang
dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan
kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak
Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari
tidak mempergunakan gong dan bulubulu burung Enggang dan juga si penari banyak
mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh
lantai.
Tarian ini lebih ditekankan pada
gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di
dahan pohon. Posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak
mempergunakan gong dan bulubulu burung Enggang dan juga si penari banyak
mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh
lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika
terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
ü Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan
dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya.
Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak
Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
ü Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai
binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup
tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari
kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh
kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan
diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.
ü Tari Hudoq Kita
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq
dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam
maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan
hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan
Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya.
Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan
memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang
banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari
Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari
manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
ü Senjata
Tradisional Suku Dayak
Pada zaman penjajahan
di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan
teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya
mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut
terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru. Berikut ini
adalah senjata-senjata tradisional suku dayak
SEJARAH
KEBUDAYAAN BUGIS
Suku Bugis atau to Ugi’
adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di Indonesia. Mereka
bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun, dalam perkembangannya, saat
ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara. Ugi bukanlah
sebuah kata yang memiliki makna. Tapi merupakan kependekan dari La Satumpugi,
nama seorang raja yang pada masanya menguasai sebagian besar wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan. La Satumpugi terkenal baik dan dekat dengan rakyatnya. Rakyatnya
pun menyebut diri mereka To Ugi, yang berarti Orang Ugi atau Pengikut Ugi.
Dalam perjalanannya, seiring gerakan ke-Indonesiaan, Ugi dibahasa-Indonesiakan
menjadi Bugis dan diidentifikasikan menjadi salah satu suku resmi dalam lingkup
negara Republik Indonesia.
ü
Adat panen
Mulai dari turun ke
sawah, membajak, sampai tiba waktunya panen raya. Ada upacara appalili sebelum
pembajakan tanah. Ada Appatinro pare atau appabenni ase sebelum bibit padi
disemaikan. Ritual ini juga biasa dilakukan saat menyimpan bibit padi di possi
balla, sebuah tempat khusus terletak di pusat rumah yang ditujukan untuk
menjaga agar tak satu binatang pun lewat di atasnya. Lalu ritual itu dirangkai
dengan massureq, membaca meong palo karallae, salah satu epos Lagaligo tentang
padi. Dan ketika panen tiba digelarlah katto bokko, ritual panen raya yang
biasanya diiringi dengan kelong pare. Setelah melalui rangkaian ritual itu
barulah dilaksanakan Mapadendang. Di Sidrap dan sekitarnya ritual ini dikenal
dengan appadekko, yang berarti adengka ase lolo, kegiatan menumbuk padi muda.
Appadekko dan Mappadendang konon memang berawal dari aktifitas ini.
ü SISTEM
RELIGI
Pada mulanya, agama Suku Bugis
adalah animisme yang diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat di sini
merupakan pengikut aliran kepercayaan sure galigo, yaitu sebuah kepercayaan
pada dewa tunggal yang sering mereka sebut dengan Patoto E. Bahkan, sampai saat
ini masih ada masyarakat Bugis yang mempercayai aliran ini. Namun animisme itu
terkikis sejak ulama asal Sumatera bernama Datuk Di Tiro menyebarkan ajaran
Islam di Sulawesi Selatan. Islam kemudian menjadi agama utama Suku Bugis hingga
kini. Islam masuk ke daerah Suku Bugis sekitar abad ke 17, melalui para
pedagang Melayu. Ajaran Islam yang mudah diterima oleh masyarakat setempat
membuat agama ini menjadi pilihan di antarakeberagaman agama lainnya. Mereka
bisa menerima Islam dengan baik karena menurut mereka ajaran Islam tidak
mengubah nilai-nail, kaidah kemasyarakatan dan budaya yang telah ada.
ü SISTEM
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem
patron klien atau sistem kelompok kesetia kawanan antara pemimpin dan
pengikutnya yang bersifat menyeluruh. Salah satu sistem hierarki yang sangat
kaku dan rumit. Namun, mereka mempunyai mobilitas yang sangat tinggi, buktinya
dimana kita berada tak sulit berjumpa dengan manusia Bugis. Mereka terkenal
berkarakter keras dansangat menjunjung tinggi kehormatan, pekerja keras demi
kehormatan nama keluarga.
ü BAHASA DAN LITERATUR
Dalam kesehariannya hingga saat ini
orang bugis masih menggunakan bahasa “Ugi” yang merupakan bahasa keluarga besar
dari bahasa Austronesia Barat. Selain itu, orang Bugis juga memilikis aksara
sendiri yakni aksara lontara yang berasal dari huruf Sansekerta. Bahkan
uniknya, logat bahasa Bugis berbeda di setiap wilayahnya; ada yang kasar dan
ada yang halus. Bahasa, yang dimiliki Suku Bugis menandakan satu hal: Suku
Bugis pada masanya memiliki peradaban yang luar biasa hebatnya. Nenek moyang
Suku Bugis adalah orang-orang pintar yang mampu menciptakan dan mewariskan ilmu
pengetahuan.
ü KESENIAN
ü Alat musik
1. Kacapi
(kecapi) Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya
sukuBugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan
atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang
memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu.
2. Sinrili,
Alat musik yang mernyerupai biola tetapi biola di mainkan dengan membaringkan
di pundak sedangkan Singrili di mainkan dalam keedaanpemain duduk dan alat
diletakkan tegak di depan pemainnya.
3. Gendang
Musik , perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang
danbundarseperti rebana.
4.
SulingSuling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling
panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telahpunah
• Suling
calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapidan
dimainkan bersama penyanyi
• Suling
dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara didaerahKecamatan
Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (barisberbaris) atau acara
penjemputan tamu.
- Seni Tari
• Tari
pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
• Tari
Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu
senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan
• Tari
Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang
menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran danketekunan
perempuan-perempuan Bugis.
• Tari
Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai(waria), namun
jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telahpunah.
• Jenis
tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa ,tari Pa’galung, dan Tari
Pabbatte (biasanya di gelar padasaat Pesta Panen)
SEJARAH KEBUDAYAAN SUMATRA
Sumatera atau Sumatra adalah kepulauan di wilayah
Indonesia yang dikenal mempunyai kebudayaan tinggi, salah satunya kebudayaan
minangkabau dari Sumatra barat yang akan di bahas dalam makalah ini.kebudayaan
itu dapat di lihat sendiri melalui tarian, bahasa, sastra, dan unsur etnik khas
yang menempel pada suatu suku. Semoga makalah ini bisa menjadi suatu bahan
bacaan yang berguna, walau terkesan jauh dari sempurna karena materi yang
terdapat di dalamnya.
·
Kebudayaan
Sumatra
Sumatera atau Sumatra
adalah pulau
keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dikenal pula dengan
nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas,
atau Suwarnadwipa (Bahasa
Sanskerta berarti "pulau emas") Kemudian
pada Prasasti Padang Roco tahun 1286
dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa
Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya
dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi
Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
·
Kebudayaan Sumatra Barat
Sumatera Barat adalah salah satu
provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu
kotanya. Nama Provinsi Sumatera Barat bermula pada zaman Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC), dimana sebutan wilayah untuk kawasan pesisir
barat Sumatera adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Seiring dengan kejatuhan
Kerajaan Pagaruyung, dan keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, pemerintah
Hindia Belanda mulai menjadikan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai bagian
dari Pax Nederlandica, kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda, dan
wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan
Residentie Padangsche Bovenlanden. Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan
suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku
Batak dan suku Mandailing. Kedatangan mereka ke Sumatera Barat terutama pada
masa Perang Paderi. Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah Bahasa
Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek
Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan
Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, juga dituturkan Bahasa
Batak dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai banyak
digunakan Bahasa Mentawai.Banyakny ksenian dan kebudayaan yang
dimiliki oleh daerah ini yang menjadikan Indonesia memiliki kesenian dan
kebudayaan yang bermaca-macam pula. Berikut beberapa kebudayaan dan kesenian
yang ada di Sumatra Barat seperti
ü Rumah Adat
Rumah Gadang merupakan Rumah
adat yang berasal dari Sumatera Barat, berasal dari suku Minangkabau. Rumah
adat ini biasanya didirikan diatas tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun. Bentuk Rumah Gadang ini empat persegi panjang
dan terbagi atas dua bagian yaitu muka dan belakang, Rumah Gadang terbuat dari
bahan kayu, dan kalu di lihat sekilas hampir menyerupai rumah panggung. Salah
satu kekhasan dari rumah adat ini dalam proses pembuatannya adalah tidak
memakai paku besi tapi hanya menggunakan pasak yang terbuat dari bahan kayu
ü Pakaian Adat
Sumtra Barat memiliki pakaian
adat dari daerah ini, Pakaian Tradisional Adat Sumatra Barat utuk wanita
disebut dengan Baju Kurung sedang untuk Pakaian Tradisional Adat Sumatra
Barat pada pria disebut dengan Pakaian adat Penghulu.
ü Senjata Tradisional
Senjata Tradisional dari
daerah ini bernama karih, bentuknya seperti keris, biasanya dipakai oleh kaum
laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi
mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat pria. Bentuknya seperti keris tapi
tidak berlekuk
ü Tari Tradisional
Padang memiliki berbagai
macam tari tardisional seperti tari piring, tari payung dan masih banyak lagi.
Tari piring Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan
saluang, dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di
telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara
atau mereka menghempaskannya ke tanah dan diinjak oleh para penari tersebut
dengan kaki telanjang
ü Alat Musik Tradisional
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam
setiap musik Sumatra Barat jika dicampur dengan jenis musik apapun saat ini
pasti akan terlihat dan terasa jelas dari setiap karya lagu yang beredar di
masyarat, karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun
sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Beberapa alat musk
tradisional Padang
·
Saluang
Alat music ini termasuk alat
musik tiup yang terbuat dari bambu tipis atau talang
·
Bansi
Alat music inin memiliki 7
lubang dan dapat memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena
memiliki nada standar
·
Talempong
Bentuknya hampir sama
dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan,
namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Talempong biasanya digunakan
untuk mengiringi tari piringyang
khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan
untuk menyambut tamu istimewa
·
Rabab
Rabab merupakan
kesenian di Minangkabau yang dimainkan dengan menggesek seperti
biola.
ü Perayaan Adat
Masyarakat padang memiliki
perayaan adat yang berbeda dengan perayaan adat daerah lainnya misalnya pada
upacara pernikahan masyarakat Padang, sebelum pernikahan adalah upacara Meresek
yang artinya pertemuan pertama antar keluarga dimana pihak wanita yang
mendatangi pihak pria dan meminang pihak pria dengan membawa barang-barang
pinangan yang sudah disiapkan
SEJARAH KEBUDAYAAN BALI
Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi
salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau
Lombok. Ibukota provinsi bali adalah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali adalah
pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan
keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.
Seiring dengan peralihan
jaman pra sejarah ke jaman sejarah, pengaruh Hindu dari India yang masuk ke
Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di Bali. Masa
peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad 8 hingga
abad 13, dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh Majapahit
yang berniat menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di awal abad
13. Tatanan pemerintahan dan struktur masyarakat mengalami penyesuaian
mengikuti pola pemerintahan Majapahit.
·
Keragaman Budaya yang
dimiliki oleh Bali
ü Rumah Adat Bali
Menurut
filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya
hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk
itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang
biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah.
Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan
lingkungannya.
Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.
Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.
ü
Sistem Kepercayaan
mayarakat Bali
Masyarakat
Bali kebanyakan beragama Hindu, dan percaya adanya satu Tuhan dalam bentuk
Trimurti yang Esa yaitu Brahmana (yang menciptakan), Wisnu (yang melindungi dan
memelihara), dan Siwa (yang merusak). Selain itu juga percaya dengan para dewa
yang memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Trimurti yaitu dewa Wahyu (dewa
angin), dewa Indra (dewa perang). Agama Hindu juga mempercayai Roh abadi. Dan
mempercayai semua ajaran-ajaran yang berada dikitab wedha.
Tempat
untuk melakukan persembahyangan (ibadah) agama Hindu di Bali dinamakan Pura
atau Sangeh. Tempat ibadah ini merupakan bangunan-bangunan suci yang sifat nya
berbeda-beda setiap tempat persembahyangan. Karena banyak sekali hampir
beribu-ribu pura atau sangeh yang masing-masing pura tersebut mempunyai upacara
adat yang sesuai dengan perayaan leluhur mereka sesuai sistem tanggalan nya
sendiri-sendiri.
ü
Hukum adat Bali
Sebagian
besar masyarakat bali adalah menganut Agama Hindu dan dalam kesehariannya
diatur berdasarkan hukum adat Bali. Hukum adat Bali adalah hukum yang tumbuh
dalam lingkungan masyarakat hukum adat Bali yang berlandaskan pada ajaran agama
(Agama Hindu) dan tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan
dalam masyarakat hukum adat Bali itu sendiri. Oleh karenanya dalam masyarakat
hukum adat Bali, antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan.
ü Tradisi Upacara Adat potong gigi di Bali
Tak dapat
dipisahkannya antara adat dan agama di dalam masyarakat hukum adat Bali,
disebabkan karena adat itu sendiri bersumber dari ajaran agama. Dalam ajaran
agama Hindu sebagaimana yang dianut oleh masyarakat hukum adat Bali,
pelaksanaan agama dapat dijalankan melalui etika, susila, dan upacara. Ketiga
hal inilah digunakan sebagai norma yang mengatur kehidupan bersama di dalam
masyarakat. Etika, susila, dan upacara yang dicerminkan dalam kehidupannya
sehari-hari mencerminkan rasa kepatutan dan keseimbangan (harmoni) dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya azas hukum yang melingkupi hukum adat
Bali adalah kepatutan dan keseimbangan. Sebagai misal, setiap perempuan pada
prinsipnya boleh hamil, namun perempuan yang patut hamil hanyalah perempuan
yang memiliki suami. Demikian pula selanjutnya dengan perbuatan-perbuatan yang
lainnya.
ü Upacara Ngaben
Upacara
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilaksanakan oleh umat beragama Hindu
di Bali. Upacara Ngaben diadakan jika ada orang yang meninggal dan biasanya
diselenggarakan oleh anggota keluarga yang meninggal. Makna dari upacara Ngaben
adalah untuk mengembalikan roh leluhur (roh orang yang sudah meninggal
tersebut) ke tempat asalnya.
ü Hari Raya Nyepi
Nyepi
berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan
perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender
caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru
Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas
seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti
Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke
hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam
manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam
semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang
dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
ü Kesenian
Musik Khas Bali
Musik
trasional Bali memang mempunyai ciri khas tersendiri dalam cara memainkannya.
Irama musik bali mengingatkan kita pada suatu semangat keceriaan, karena irama
yang dimainkan mengadung kecepatan yang saling berkesinambungan.
Komponen-komponen musik saling menyatu melahirkan suara gemuruh hingga yang
mendengarkan tanpa terasa badan terasa seolah-olah mau bergerak. Kekuatan Musik
bali ada pada kecepatan pukulan gamalan yang bersaut-sautan dalam tempo cepat.
Ada beberapa jenis musik yang mempunyai keunikan tersendiri dalam memainkannya
diantaranya, Gemelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan
Selunding. Selain musik gamelan dengan menonjolan instrumentalnya, juga
terkadang disatukan dengan irama suara manusia yang saling bersaut-sautan
seperti tari kecak, dimana tarian ini konon menirukan gaya seekor kera.
Langganan:
Postingan (Atom)